Bismillahir-Rahmaanir-Rahim
…
Rabi’
bin Khaitsam adalah seorang pemuda yang terkenal ahli ibadah dan tidak mau
mendekati tempat maksiat sedikit pun. Jika berjalan pandangannya teduh
tertunduk.
Meskipun
masih muda, kesungguhan Rabi’ dalam beribadah telah diakui oleh banyak ulama
dan ditulis dalam banyak kitab. Imam Abdurrahman bin Ajlan meriwayatkan bahwa
Rabi’ bin Khaitsam pernah shalat tahajjud dengan membaca surat Al Jatsiyah.
Ketika sampai pada ayat keduapuluh satu, ia menangis. Ayat itu artinya,.....
“Apakah
orang-orang yang membuat kejahatan (dosa) itu menyangka bahwa Kami akan
menjadikan mereka sama dengan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka. Amat buruklah apa
yang mereka sangka itu!”
Seluruh
jiwa Rabi’ larut dalam penghayatan ayat itu. Kehidupan dan kematian orang
berbuat maksiat dengan orang yang mengerjakan amal shaleh itu tidak sama! Rabi’
terus menangis sesenggukan dalam shalatnya. Ia mengulang-ngulang ayat itu
sampai terbit fajar.
Kesalehan
Rabi’ sering dijadikan teladan. Ibu-ibu dan orang tua sering menjadikan Rabi’
sebagai profil pemuda alim yang harus dicontoh oleh anak-anak mereka. Memang
selain ahli ibadah, Rabi’ juga ramah. Wajahnya tenang dan murah senyum kepada
sesama.
Namun
tidak semua orang suka dengan Rabi’. Ada sekelompok orang ahli maksiat yang
tidak suka dengan kezuhudan Rabi’. Sekelompok orang itu ingin menghancurkan
Rabi’. Mereka ingin mempermalukan Rabi’ dalam lembah kenistaan. Mereka tidak
menempuh jalur kekerasan, tapi dengan cara yang halus dan licik. Ada lagi
sekelompok orang yang ingin menguji sampai sejauh mana ketangguhan iman Rabi’.
Dua
kelompok orang itu bersekutu. Mereka menyewa seorang wanita yang sangat cantik
rupanya. Warna kulit dan bentuk tubuhnya mempesona. Mereka memerintahkan wanita
itu untuk menggoda Rabi’ agar bisa jatuh dalam lembah kenistaan. Jika wanita
cantik itu bisa menaklukkan Rabi’, maka ia akan mendapatkan upah yang sangat
tinggi, sampai seribu dirham. Wanita itu begitu bersemangat dan yakin akan bisa
membuat Rabi’ takluk pada pesona kecantikannya.
Tatkala
malam datang, rencana jahat itu benar-benar dilaksanakan. Wanita itu berdandan
sesempurna mungkin. Bulu-bulu matanya dibuat sedemikian lentiknya. Bibirnya
merah basah. Ia memilih pakaian sutera yang terindah dan memakai wewangian yang
merangsang. Setelah dirasa siap, ia mendatangi rumah Rabi’ bin Khaitsam. Ia
duduk di depan pintu rumah menunggu Rabi’ bin Khaitsam datang dari masjid.
Suasana begitu sepi dan lenggang. Tak lama kemudian Rabi’ datang. Wanita itu sudah siap dengan tipu dayanya. Mula-mula ia menutupi wajahnya dan keindahan pakaiannya dengan kain hitam.
Suasana begitu sepi dan lenggang. Tak lama kemudian Rabi’ datang. Wanita itu sudah siap dengan tipu dayanya. Mula-mula ia menutupi wajahnya dan keindahan pakaiannya dengan kain hitam.
Ia
menyapa Rabi’, “Assalaamu’alaikum, apakah Anda punya setetes air penawar
dahaga?”
“Wa’alaikumussalam. Insya Allah ada. Tunggu sebentar.” Jawab Rabi’ tenang sambil membuka pintu rumahnya. Ia lalu bergegas ke belakang mengambil air. Sejurus kemudian ia telah kembali dengan membawa secangkir air dan memberikannya pada wanita bercadar hitam.
“Wa’alaikumussalam. Insya Allah ada. Tunggu sebentar.” Jawab Rabi’ tenang sambil membuka pintu rumahnya. Ia lalu bergegas ke belakang mengambil air. Sejurus kemudian ia telah kembali dengan membawa secangkir air dan memberikannya pada wanita bercadar hitam.
“Bolehkah
aku masuk dan duduk sebentar untuk minum. Aku tak terbiasa minum dengan
berdiri.” Kata wanita itu sambil memegang cangkir.
Rabi’
agak ragu, namun mempersilahkan juga setelah membuka jendela dan pintu
lebar-lebar. Wanita itu lalu duduk dan minum. Usai minum wanita itu berdiri. Ia
beranjak ke pintu dan menutup pintu. Sambil menyandarkan tubuhnya ke daun pintu
ia membuka cadar dan kain hitam yang menutupi tubuhnya. Ia lalu merayu Rabi’
dengan kecantikannya.
Rabi’
bin Khaitsam terkejut, namun itu tak berlangsung lama. Dengan tenang dan suara
berwibawa ia berkata kepada wanita itu,
“Wahai
saudari, Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya.” Allah yang Maha pemurah telah menciptakan dirimu dalam
bentuk yang terbaik. Apakah setelah itu kau ingin Dia melemparkanmu ke tempat
yang paling rendah dan hina, yaitu neraka?!
“Saudariku,
seandainya saat ini Allah menurunkan penyakit kusta padamu. Kulit dan tubuhmu
penuh borok busuk. Kecantikanmu hilang. Orang-orang jijik melihatmu. Apakah kau
juga masih berani bertingkah seperti ini?!
“Saudariku,
seandainya saat ini malaikat maut datang menjemputmu, apakah kau sudah siap?
Apakah kau rela pada dirimu sendiri menghadap Allah dengan keadaanmu seperti
ini? Apa yang akan kau katakan kepada malakaikat munkar dan nakir di kubur?
Apakah kau yakin kau bisa mempertanggungjawabkan apa yang kau lakukan saat ini
pada Allah di padang mahsyar kelak?!”
Suara
Rabi’ yang mengalir di relung jiwa yang penuh cahaya iman itu menembus hati dan
nurani wanita itu. Mendengar perkataan Rabi’ mukanya menjadi pucat pasi.
Tubuhnya bergetar hebat. Air matanya meleleh. Ia langsung memakai kembali kain
hitam dan cadarnya. Lalu keluar dari rumah Rabi’ dipenuhi rasa takut kepada
Allah swt. Perkataan Rabi’ itu terus terngiang di telinganya dan menggedor
dinding batinnya, sampai akhirnya jatuh pingsan di tengah jalan. Sejak itu ia
bertobat dan berubah menjadi wanita ahli ibadah.
Orang-orang
yang hendak memfitnah dan mempermalukan Rabi’ kaget mendengar wanita itu
bertobat.
Mereka
mengatakan, “Malaikat apa yang menemani Rabi’. Kita ingin menyeret Rabi’
berbuat maksiat dengan wanita cantik itu, ternyata justru Rabi’ yang membuat
wanita itu bertobat!”
Rasa
takut kepada Allah yang tertancap dalam hati wanita itu sedemikian dahsyatnya.
Berbulan-bulan ia terus beribadah dan mengiba ampunan dan belas kasih Allah
swt. Ia tidak memikirkan apa-apa kecuali nasibnya di akhirat. Ia terus shalat, bertasbih,
berzikir dan puasa.
Hingga
akhirnya wanita itu wafat dalam keadaan sujud menghadap kiblat. Tubuhnya kurus
kering kerontang seperti batang korma terbakar di tengah padang pasir.
Tags
: ceritakisah
islami, kisah
islam, sejarah
nabi muhammad, cerita
cerita nyata, cerita
islam, kisah
islami, kisah
cerita islam, cerita
islami, kisah
mengharukan cinta, teladan
islam, kisah
nyata islami, kisah
inspiratif islami, kisah
inspirasi islami, kisah
teladan islam, kisah
hikmah islami, cerita
nabi, kisah
kisah islami, kisah
anak islami, cerita
cerita nabi, cerita
kisah nabi, cerita
sejarah nabi, teladan
islam, kisah
teladan, kisah
islam, kata
kata mutiara, kata
mutiara mutiara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar