Bismillahir-Rahmaanir-Rahim
...
Matahari
telah tergelincir. Seorang lelaki terlihat bersegera menuju masjid ketika adzan
dzuhur dikumandangkan dari sebuah masjid kampus. Lelaki itu berwudhu dan
menunaikan shalat nawafil. Lalu ia menjadi makmum di shaff terdepan. Shalat
wajib ia laksanakan dengan ruku’ dan sujud yang sempurna. Setelah shalat tak
lupa ia memuji nama Tuhannya dan memanjatkan doa untuk dirinya, ibu, ayahnya
dan untuk umat Muhammad saw yang sedang berjihad fii sabilillah.
..............
Sebelum
menuju kelas untuk kuliah, lelaki itu menyempatkan diri bersalam-salaman dengan
beberapa jamaah lain. Dengan raut wajah yang bersahaja, ia sedekahkan senyum
terhadap semua orang yang ditemuinya. Ucapan salam pun ditujukannya kepada para
akhwat yang ditemuinya di depan masjid.
Lelaki
yang bernama Ali itu kemudian segera memasuki ruang kelasnya. Ia duduk di
bangkunya dan mengeluarkan buku berjudul “Langitpun Terguncang’. Buku berisi
tentang hari akhir itu dibacanya dengan tekun. Sesekali ia mengerutkan dahi dan
dan sesekali ia tersenyum simpul.
Ali
sangat suka membaca dan meyukai ilmu Allah yang berhubungan dengan hari akhir
karena dengan demikian ia dapat membangkitkan rasa cinta akan kampung akhirat
dan tidak terlalu cinta pada dunia. Prinsipnya adalah “Bekerja untuk dunia
seakan hidup selamanya dan beribadah untuk akhirat seakan mati esok.”
Sejak
setahun belakangan ini, Ali selalu berusaha mencintai akhirat. Sunnah Rasululah
saw ia gigit kuat dengan gigi gerahamnya agar tak terjerumus kepada bid’ah. Ali
selalu menyibukkan diri dengan segala Islam. Ia sangat membenci sekularisme
karena menurutnya, sekulerisme itu tidak masuk akal. Bukankah ummat Islam
mengetahui bahwa yang menciptakan adalah Allah swt, lalu mengapa mengganti
hukum Tuhannya dengan hukum ciptaan dan pandangan manusia? Bukankah yang
menciptakan lebih mengetahui keadaan fitrah ciptaannya?
Allah
swt yang menciptakan, maka sudah barang tentu segala sesuatunya tak dapat
dipisahkan dari hukum Allah. Katakan yang halal itu halal dan yang haram itu
haram, karena pengetahuan yang demikian datangnya dari sisi Allah.
Sementara
Ali membaca bukunya dengan tekun, dua mahasiswi yang duduk tak jauh dari Ali
bercakap-cakap membicarakan Ali. Mereka menyayangkan sekali, Ali yang demikian
tampan dan juga pintar, namun belum mempunyai pacar, padahal banyak mahasiswi
cantik di kampus ini yang suka padanya. Tapi tampaknya Ali tidak ambil peduli.
Sikapnya itu membuat para wanita menjadi penasaran dan justru banyak yang
ber-tabarruj di hadapannya. Kedua wanita itu terus bercakap-cakap hingga lupa
bahwa mereka telah sampai kepada tahap ghibah.
Ali
memang tak mau ambil pusing tentang urusan wanita karena ia yakin jodoh di
tangan Allah swt. Namun tampaknya iman Ali kali ini benar-benar diuji oleh
Allah SWT.
Ali menutup bukunya ketika dosen telah masuk kelas. Tampaknya sang dosen tak sendirian, di belakangnya ada seorang mahasiswi yang kelihatan malu-malu memasuki ruang kelas dan segera duduk di sebelah Ali. Ali merasa belum pernah melihat gadis ini sebelumnya. Saat dosen mengabsen satu persatu, tahulah Ali bahwa gadis itu bernama Nisa.
Ali menutup bukunya ketika dosen telah masuk kelas. Tampaknya sang dosen tak sendirian, di belakangnya ada seorang mahasiswi yang kelihatan malu-malu memasuki ruang kelas dan segera duduk di sebelah Ali. Ali merasa belum pernah melihat gadis ini sebelumnya. Saat dosen mengabsen satu persatu, tahulah Ali bahwa gadis itu bernama Nisa.
Tanpa
sengaja Ali memandang Nisa. Jantungnya berdegup keras. Bukan lantaran suka,
tapi karena Ali selalu menundukkan pandangan pada semua wanita, sesuai perintah
Allah SWT dalam Al Qur’an dan Rasulullah saw dalam hadits. “Astaghfirullah…!”,
Ali beristighfar.
Pandangan pertama adalah anugerah atau lampu hijau. Pandangan kedua adalah lampu kuning. Ketiga adalah lampu merah. Ali sangat khawatir bila dari mata turun ke hati karena pandangan mata adalah panah-panah iblis.
Pandangan pertama adalah anugerah atau lampu hijau. Pandangan kedua adalah lampu kuning. Ketiga adalah lampu merah. Ali sangat khawatir bila dari mata turun ke hati karena pandangan mata adalah panah-panah iblis.
Pada
pertemuan kuliah selanjutnya, Nisa yang sering duduk di sebelah Ali, kian
merasa aneh karena Ali tak pernah menatapnya kala berbicara. Ia lalu menanyakan
hal itu kepada Utsman, teman dekat Ali. Mendengar penjelasan Utsman, tumbuh
rasa kagum Nisa pada Ali.
“Aku
akan tundukkan pandangan seperti Ali”, tekad Nisa dalam hati.
Hari
demi hari Nisa mendekati Ali. Ia banyak bertanya tentang ilmu agama kepada Ali.
Karena
menganggap Nisa adalah ladang da’wah yang potensial, Ali menanggapi dengan
senang hati.
Hari
berlalu… tanpa sengaja Ali memandang Nisa. Ada bisikan yang berkata, “Sudahlah
pandang saja, toh Nisa itu tidak terlalu cantik.. Jadi mana mungkin kamu jatuh
hati pada gadis seperti itu” Namun bisikan yang lain muncul, “Tundukkan
pandanganmu. Ingat Allah! Cantik atau tidak, dia tetaplah wanita.” Ali gundah.
“Kurasa, jika memandang Nisa, tak akan membangkitkan syahwat, jadi mana mungkin
mata, pikiran dan hatiku ini berzina.”
Sejak
itu, Ali terus menjawab pertanyaan-pertanyaan Nisa tentang agama, tanpa ghadhul
bashar karena Ali menganggap Nisa sudah seperti adik… , hanya adik.
Ali
dan Nisa kian dekat. Banyak hal yang mereka diskusikan. Masalah umat maupun
masalah agama. Bahkan terlalu dekat…
Hampir
setiap hari, Ali dapat dengan bebas memandang Nisa. Hari demi hari, minggu demi
minggu, tanpa disadarinya, ia hanya memandang satu wanita, Nisa! Kala Nisa tak
ada, terasa ada yang hilang. Tak ada teman diskusi agama…, tak ada teman
berbicara dengan tawa yang renyah.., tak ada…wanita. DEG!!! Jantung Ali
berdebar keras, bukan karena takut melanggar perintah Allah, namun karena ada
yang berdesir di dalam hati…karena ia… mencintai Nisa.
Bisikan-bisikan
itu datang kembali… “Jangan biarkan perasaan ini tumbuh berkembang. Cegahlah
sebisamu! Jangan sampai kamu terjerumus zina hati…! Cintamu bukan karena Allah,
tapi karena syahwat semata.”
Tapi
bisikan lain berkata, “Cinta ini indah bukan? Memang indah! Sayang lho jika
masa muda dilewatkan dengan ibadah saja. Kapan lagi kamu dapat melewati masa
kampus dengan manis. Lagipula jika kamu pacaran kan secara sehat, secara
Islami.. ‘Tul nggak!”
Ali mengangguk-anggukkan kepalanya. “Manalah ada pacaran Islami, bahkan hatimu akan berzina dengan hubungan itu. Matamu juga berzina karena memandangnya dengan syahwat. Hubungan yang halal hanyalah pernikahan. Lain itu tidak!!! Bukankah salah satu tujuan pernikahan adalah untuk mengubur zina?”, bisikan yang pertama terdengar lagi.
Ali mengangguk-anggukkan kepalanya. “Manalah ada pacaran Islami, bahkan hatimu akan berzina dengan hubungan itu. Matamu juga berzina karena memandangnya dengan syahwat. Hubungan yang halal hanyalah pernikahan. Lain itu tidak!!! Bukankah salah satu tujuan pernikahan adalah untuk mengubur zina?”, bisikan yang pertama terdengar lagi.
Terdengar
lagi bisikan yang lain, “Terlalu banyak aturan! Begini zina, begitu zina. Jika
langsung menikah, bagaimana bila tidak cocok? Bukankah harus ada penjajakan
dulu agar saling mengenal! Apatah lagi kamu baru kuliah tingkat satu. Nikah
susah!”
Terdengar
bantahan, “Benci karena Allah, cinta karena Allah. Jika pernikahanmu karena
Allah, Insya Allah, Dia akan ridho padamu, dan akan sakinah keluargamu.
Percayalah pada Tuhan penciptamu! Allah telah tentukan jodohmu. Contohlah
Rasululah SAW, hubungan beliau dengan wanita hanya pernikahan.”
Bisikan
lain berkata. “Bla.., bla.., Ali,… masa muda.., masa muda…, jangan sampai dilewatkan,
sayang lho!”
Ali
berpikir keras. Kali ini imannya benar-benar dilanda godaan hebat. Syetan telah
berhasil membujuknya dengan perangkapnya yang selalu sukses sepanjang zaman,
yaitu wanita.
Ali
mengangkat gagang telepon. Jari-jarinya bergetar menekan nomor telepon Nisa.
“Aah.., aku tidak berani.” Ali menutup telepon.
Bisikan
itu datang lagi, “Menyatakannya, lewat surat saja, supaya romantis…!” “Aha!
Benar! “ Ali mengambil selembar kertas dan menuliskan isi hatinya. Ia berencana
akan menitipkannya pada teman dekat Nisa. Jantung Ali berdebar ketika dari
kejauhan ia melihat Nisa terlihat menerima surat dari temannya dan membaca
surat itu.
Esoknya,
Utsman mengantarkan surat balasan dari Nisa untuk Ali, sembari berkata, “Nisa
hari ini sudah pakai jilbab, dia jadi cantik lho. Sudah jadi akhwat!”
Ali
terkejut mendengarnya, namun rasa penasarannya membuatnya lebih memilih untuk
membaca surat itu terlebih dahulu daripada merenungi ucapan Ustman tadi. Ali
membaca surat itu dengan sungguh-sungguh. Ia benar-benar tak menyangka akan
penolakan yang bersahaja namun cukup membuatnya merasa ditampar keras. Nisa
menuliskan beberapa ayat dari Al Qur’an, isinya :
“Katakanlah
kepada laki-laki yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nuur : 30)
“Dia
mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”(QS.
Al Mu’minuun : 19).
Ali
menghela nafas panjang… Astaghfirullah… Astaghfirullah… Hanya ucapan istighfar
yang keluar dari bibirnya. Pandangan khianatku sungguh terlarang. Memandang
wanita yang bukan muhrim. Ya Allah… kami dengar dan kami taat. Astaghfirullah…
[SOA]
(diterbitkan
di Bulletin Biru SMUNSA Bogor No. 01/I/23 Shafar 1421 H)
.... Setelah membaca Cerpen Islami Romantis diatas, diharapkan dapat memberikan pelajaran positif bagi para pembaca semua serta menjadi salah satu motivasi hidup dalam dunia cinta ..
.... Setelah membaca Cerpen Islami Romantis diatas, diharapkan dapat memberikan pelajaran positif bagi para pembaca semua serta menjadi salah satu motivasi hidup dalam dunia cinta ..
Semoga
bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ....
Tags
: ceritakisah
islami, kisah
islam, sejarah
nabi muhammad, cerita
cerita nyata, cerita
islam, kisah
islami, kisah
cerita islam, cerita
islami, kisah
mengharukan cinta, teladan
islam, kisah
nyata islami, kisah
inspiratif islami, kisah
inspirasi islami, kisah
teladan islam, kisah
hikmah islami, cerita
nabi, kisah
kisah islami, kisah
anak islami, cerita
cerita nabi, cerita
kisah nabi, cerita
sejarah nabi, teladan
islam, kisah
teladan, kisah
islam, kata
kata mutiara, kata
mutiara mutiara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar