Bismillahir-Rahmaanir-Rahim
...
Besok, semua jiwa
akan dimintai pertanggung-jawaban atas perbuatannya. Semua orang akan menuai
apa yang selama ini ditanamnya.
Kalau mereka berbuat
baik, kebajikan itu akan kembali kepada mereka Dan kalau mereka berbuat jahat,
kejahatan itu juga kembali kepada mereka.
Rambut sudah
beruban. Umurku sudah lebih dari lima
puluh tahun. Meskipun aku masih gemar membaca, tetapi waktuku sudah demikian
sempit. Kemilau dunia telah merebut kenikmatan membaca yang kumiliki. Itu
anakku datang. Dan itu lagi, cucuku yang tidak pernah membosankan dilihat.....
Kehidupan
berjalan sebagaimana yang aku harapkan. Tidak terkeruhkan oleh suatu apapun ..
Tibalah akhir
hari Kamis .. Setelah satu hari yang panjang, penuh dengan kunjungan dan
bersuka ria. Aku meninggalkan anak-anak dan cucu-cucuku. Hati kecilku
berteriak. Sungguh mengherankan dunia ini. Ada pertemuan, ada perpisahan.
Semuanya akan pergi. Meninggalkan atau ditinggalkan.
Pikiran apa ini?
Dengan cepat, aku menengok ke kiri dan ke kanan. Oh, ada setumpuk buku-buku
tipis dengan ukuran kecil pula yang lama mataku tertuju kepadanya …
Tidak diragukan
lagi, pasti putriku yang paling bungsu telah meletakkannya di sini. Ia selalu
menghadiahkannya kepadaku dari waktu ke waktu, dan menganjurkanku untuk
membacanya …
"Dzikir pagi
dan petang". Buku "Bekal Muslim Sehari-hari". Apa lagi yang
lain? Ada sebuah buku kecil, tidak lebih dari empat lembar. Hanya membutuhkan
tidak lebih dari empat menit membacanya. Aku segera mengambilnya, dan dengan
segera pula aku menamatkan bacaannya.
Tiba-tiba aku
merasa pusing. "Aku tidak dimandikan? Tidak dikafani? Tidak pula
dishalatkan? Bahkan tidak boleh dikuburkan bersama kaum muslimin?
Bagaimana
sesudahnya? Aku sudah berusia lima puluhan tahun. Begitukah hidupku akan
berakhir?
Tidak. Ternyata
masih ada lagi bacaan tersisa, akan aku ulangi lagi membacanya, namun dengan
rinci:
Buku itu
berjudul: "Hukum Bagi Orang yang Meninggalkan Shalat." [1]
Ringkasnya, bahwa
orang yang meninggalkan shalat adalah kafir. Aku bertanya kepada diriku
sendiri: "Apakah aku kafir? Apakah setelah berumur sekian ... Aku
mendapatkan gelar tersebut?" Hanya kebisuan yang panjang..
Kenapa tidak
kafir? Bukankah aku selalu meninggalkan shalat? Aku mendengar berbagai
konsekuensi hukum bagi orang yang meninggalkan shalat.
Pertama: Tidak
sah nikahnya. Bila ia menikah, sementara ia tidak shalat, maka nikahnya adalah
batal. Si istri tidak halal baginya.
Yang kedua: Bila
ia meninggalkan shalat setelah menikah, maka nikahnya dibatalkan (di-fasakh),
dan si istri sudah tidak halal lagi baginya.
Yang ketiga:
Orang yang meninggalkan shalat itu, bila menyembelih hewan, sembelihannya tidak
boleh dimakan. Kenapa? Karena sembelihan itu haram. Padahal bila disembelih
oleh orang Yahudi atau Nashrani, sembelihannya boleh dimakan.
Yang keempat:
Tidak dibolehkan masuk Mekah atau batas tanah Al-Haram.
Yang kelima: Bila
salah seorang kerabatnya meninggal dunia, ia tidak memiliki hak warisan.
Yang keenam: Bila
meninggal, ia tidak boleh dimandikan, dikafani dan dishalatkan. Juga tidak
boleh dikuburkan bersama kaum muslimin. Lalu apa yang dilakukan dengan
mayitnya?
Digotong ke
tengah padang pasir, dibuatkan lubang lalu dikuburkan bersama pakaiannya.
Karena ia tidak memiliki kehormatan. Oleh sebab itu, tidak halal bagi seseorang
yang di antara anggota keluarganya ada yang meninggal, sementara ia tahu bahwa
orang yang meninggal itu tidak shalat, lalu menyerahkannya kepada kaum muslimin
untuk dishalatkan.
Aku bagaikan
hidup di alam mimpi... Aku meletakkan buku itu di sampingku. Aku mengangkat
tanganku ke atas kepala dan menekannya dengan kuat. Jatuhlah satu helai uban
... Aku memandanginya: apakah setelah aku beruban, aku tidak dimandikan dan
tidak akan dikafani ... bahkan juga tidak dishalatkan?
Inikah akhir dari
segalanya? Inikah hasil dari yang kukumpulkan dari dunia ini?
Allah ... sebuah
kata yang keluar dari lubuk hatiku dengan tekanan penuh ... Inikah akhir dari
segalanya?
Di manakah kita
telah berbuat keteledoran? Tidak diragukan lagi, bahwa aku sungguh telah
berbuat kelalaian, bahkan terlalu meremehkan... Tetapi masalahnya, lima puluh
tahun. Aku tidak pernah mendapatkan orang yang menasehati diriku seperti itu!
Bagaimana ini? Tanggung jawab siapa ini?
Aku mencuci
hari-hari yang buruk dengan air mata taubat. Aku berjanji kepada diriku sendiri
untuk menjadi penasihat bagi setiap orang yang melakukan kesalahan …
Aku pun berdiri
untuk shalat ... Aku akan dishalatkan, dan insya Allah akan dikuburkan bersama
kaum muslimin …
Catatan kaki: [1]
Karya Fadhilatusy Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin.
Semoga kita dapat
mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah ..
Tags : ceritakisah islami, kisah islam, sejarah nabi muhammad, cerita cerita nyata, cerita islam, kisah islami, kisah cerita islam, cerita islami, kisah mengharukan cinta, teladan islam, kisah nyata islami, kisah inspiratif islami, kisah inspirasi islami, kisah teladan islam, kisah hikmah islami, cerita nabi, kisah kisah islami, kisah anak islami, cerita cerita nabi, cerita kisah nabi, cerita sejarah nabi, teladan islam, kisah teladan, kisah islam, kata kata mutiara, kata mutiara mutiara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar