Kisah Nyata | Antara Dua Pilihan, Kematian Husnul Khatimah Atau Su'ul Khatimah
Seorang Syeikh hafizhullah pernah bercerita:
Seorang Syeikh hafizhullah pernah bercerita:
Seseorang
memperlihatkan sebuah foto kepadaku. Ketika aku melihat foto itu,
ternyata itu adalah foto seorang wanita yang penuh dandanan, putih
dan cantik. Berpakaian tapi telanjang. Maka aku menghardik orang itu
dan mengatakan: “Takutlah kepada Allah!! Mengapa engkau perlihatkan
gambar ini kepadaku?! Apakah engkau tidak takut kepada Allah?!”
Lalu ia berkata: “Bukan demikian. Aku memperlihatkannya kepada Anda
untuk memberitahukan kepada Anda, bahwa yang Anda lihat itu adalah
wanita yang ada di gambar satu ini!”
Aku
memperhatikan foto lain yang diperlihatkannya. Ternyata itu adalah
gambar seorang wanita yang wajahnya telah menghitam. Seluruh bagian
tubuhnya mulai gelap. Ia tewas terbunuh oleh suaminya sendiri. Dan
amal terakhirnya di dunia ini adalah meminum khamr di satu tangan dan
merokok di tangan yang lainnya. Aku akhirnya tahu bahwa ia adalah
salah satu penyanyi yang sangat populer semasa hidupnya. Semoga Allah
melindungi kita dari yang seperti itu....
Sangat
jauh perbedaannya antara wanita itu dengan seorang gadis tetanggaku.
Benar sekali, ia adalah tetanggaku dalam satu lingkungan di mana aku
tinggal. Ayahnya adalah seorang yang shaleh. Tidak pernah
meninggalkan shalat di masjid sekalipun. Gadis itu berusia 24 tahun.
Ia sangat bahagia dengan pekerjaannya sebagai guru, meskipun tempat
mengajarnya jauh dari rumahnya. Ia dan beberapa kawannya biasa pergi
ke tempat kerjanya dengan menumpang sebuah mobil yang mereka sewa.
Mereka pergi bersama dan pulangpun bersama-sama.
Sebelum
bulan Ramadhan tahun 1424 H, keluarganya dikejutkan dengan perkataan
yang diucapkannya. Ia mengatakan kepada mereka – sebelum bulan
Ramadhan-: “Jika aku mati, maka janganlah kalian bersedih atasku,
karena aku menyerahkan semua yang kukerjakan ini untuk Allah, sebab
aku mengajarkan ilmu.”
Ia
selalu keluar dengan mengenakan hijabnya yang menutup seluruh
tubuhnya dari kepala hingga ujung kakinya. Sebelum kematiannya, ia
telah meminta kepada ayahnya untuk mengajaknya ikut serta mengerjakan
shalat Jum’at. Maka sang ayahpun membawanya, dan itu terjadi di
pertengahan bulan Ramadhan.
Dua
hari setelah hari Jum’at itu. Tepatnya hari Senin, 15 Ramadhan 1424
H, ia keluar dari rumahnya dalam keadaan berpuasa, dan hal terakhir
yang ia kerjakan adalah membangunkan salah seorang kawannya untuk
menunaikan shalat Subuh.
Di
sepanjang jalan dalam mobil menuju tempat kerjanya, ia membaca
Al-Qur’an dengan suara lirih, dan ketika ia meninggalpun, mushaf
itu masih ada di tangannya!! Ia mengalami kecelakaan hingga
meninggal, dan ia meninggal dunia dalam keadaan seperti itu.
Ia
meninggal pada hari Senin di bulan Ramadhan. Persis seperti ia
dilahirkan pada hari Senin di bulan Ramadhan pula!
Ia
meninggal setelah menunaikan shalat Subuh. Ia tidak tidur setelah
subuh untuk membaca Al-Qur’an hingga tiba waktu untuk bekerja.
Ia
meninggal setelah ia berdakwah pada hari itu dengan mengajak kawannya
untuk mengerjakan shalat.
Ia
meninggal dan Al-Qur’an ada di tangannya.
Ia
meninggal, dan ketika mereka mengeluarkan jasadnya dari kendaraan,
mereka mengatakan:”Demi Allah, ketiak kami mengeluarkannya dari
mobil itu dan meletakkannya dalam ambulan, tidak ada sedikitpun bekas
luka atau memar di tubuhnya!”
Ia memang selalu mengenakan celana panjang di balik hijab yang menutupi tubuhnya, dan berkata: “Jika Allah menakdirkan aku mati, maka tidak ada yang dapat melihat auratku. Jika Allah menakdirkan aku mati, maka tidak ada yang dapat melihat auratku.”
(Syeikh yang bercerita itu menangis, lalu melanjutkan kisahnya):
Ia memang selalu mengenakan celana panjang di balik hijab yang menutupi tubuhnya, dan berkata: “Jika Allah menakdirkan aku mati, maka tidak ada yang dapat melihat auratku. Jika Allah menakdirkan aku mati, maka tidak ada yang dapat melihat auratku.”
(Syeikh yang bercerita itu menangis, lalu melanjutkan kisahnya):
Ia
meninggal persis seperti yang ia idamkan. Ayahnya hampir saja gila
mendengar kematiannya. Ketika ia melihatku masuk untuk menyampaikan
takziah kepadanya, ia memelukku. Dan di depan banyak orang, ia
menangis tersedu-sedu dan berkata:”Inilah anakku yang paling
berbakti, wahai Muhammad!”
Selamat
untuknya dengan semua Al-Qur’an yang ia baca, keberbaktiannya pada
orang tuanya, dakwahnya, puasanya, dan kematian di bulan Ramadhan
itu, semoga Allah merahmatinya.
Berbekalah segera, karena tiada yang menemani dalam kubur selain apa yang pernah dikerjakan. Jika engkau sibuk dengan sesuatu, maka janganlah sibuk selain dengan apa yang diridhai Allah,
Berbekalah segera, karena tiada yang menemani dalam kubur selain apa yang pernah dikerjakan. Jika engkau sibuk dengan sesuatu, maka janganlah sibuk selain dengan apa yang diridhai Allah,
Karena
tiada yang menyertai seorang setelah kematiannya,
Ke
alam kuburnya selain apa yang ia amalkan,
Ingatlah
seorang itu hanya tamu dalam keluarganya,
Singgah
sebentar, lalu setelah itu ia harus pergi.
Masya ALLAH ...
BalasHapus