Laman

Kisah Nyata | Kematian Husnul Khatimah atau Su'ul Khatimah


Seseorang memperlihatkan sebuah foto kepadaku. Ketika aku melihat foto itu, ternyata itu adalah foto seorang wanita yang penuh dandanan, putih dan cantik. Berpakaian tapi telanjang. Maka aku menghardik orang itu dan mengatakan: “Takutlah kepada Allah!! Mengapa engkau perlihatkan gambar ini kepadaku?! Apakah engkau tidak takut kepada Allah?!” Lalu ia berkata: “Bukan demikian. Aku memperlihatkannya kepada Anda untuk memberitahukan kepada Anda, bahwa yang Anda lihat itu adalah wanita yang ada di gambar satu ini!”

Aku memperhatikan foto lain yang diperlihatkannya. Ternyata itu adalah gambar seorang wanita yang wajahnya telah menghitam. Seluruh bagian tubuhnya mulai gelap. Ia tewas terbunuh oleh suaminya sendiri. Dan amal terakhirnya di dunia ini adalah meminum khamr di satu tangan dan merokok di tangan yang lainnya. Aku akhirnya tahu bahwa ia adalah salah satu penyanyi yang sangat populer semasa hidupnya. Semoga Allah melindungi kita dari yang seperti itu....
Sangat jauh perbedaannya antara wanita itu dengan seorang gadis tetanggaku. Benar sekali, ia adalah tetanggaku dalam satu lingkungan di mana aku tinggal. Ayahnya adalah seorang yang shaleh. Tidak pernah meninggalkan shalat di masjid sekalipun. Gadis itu berusia 24 tahun. Ia sangat bahagia dengan pekerjaannya sebagai guru, meskipun tempat mengajarnya jauh dari rumahnya. Ia dan beberapa kawannya biasa pergi ke tempat kerjanya dengan menumpang sebuah mobil yang mereka sewa. Mereka pergi bersama dan pulangpun bersama-sama.

Sebelum bulan Ramadhan tahun 1424 H, keluarganya dikejutkan dengan perkataan yang diucapkannya. Ia mengatakan kepada mereka – sebelum bulan Ramadhan-: “Jika aku mati, maka janganlah kalian bersedih atasku, karena aku menyerahkan semua yang kukerjakan ini untuk Allah, sebab aku mengajarkan ilmu.”

Ia selalu keluar dengan mengenakan hijabnya yang menutup seluruh tubuhnya dari kepala hingga ujung kakinya. Sebelum kematiannya, ia telah meminta kepada ayahnya untuk mengajaknya ikut serta mengerjakan shalat Jum’at. Maka sang ayahpun membawanya, dan itu terjadi di pertengahan bulan Ramadhan.

Dua hari setelah hari Jum’at itu. Tepatnya hari Senin, 15 Ramadhan 1424 H, ia keluar dari rumahnya dalam keadaan berpuasa, dan hal terakhir yang ia kerjakan adalah membangunkan salah seorang kawannya untuk menunaikan shalat Subuh.

Di sepanjang jalan dalam mobil menuju tempat kerjanya, ia membaca Al-Qur’an dengan suara lirih, dan ketika ia meninggalpun, mushaf itu masih ada di tangannya!! Ia mengalami kecelakaan hingga meninggal, dan ia meninggal dunia dalam keadaan seperti itu.

Ia meninggal pada hari Senin di bulan Ramadhan. Persis seperti ia dilahirkan pada hari Senin di bulan Ramadhan pula!

Ia meninggal setelah menunaikan shalat Subuh. Ia tidak tidur setelah subuh untuk membaca Al-Qur’an hingga tiba waktu untuk bekerja.

Ia meninggal setelah ia berdakwah pada hari itu dengan mengajak kawannya untuk mengerjakan shalat.

Ia meninggal dan Al-Qur’an ada di tangannya.

Ia meninggal, dan ketika mereka mengeluarkan jasadnya dari kendaraan, mereka mengatakan:”Demi Allah, ketiak kami mengeluarkannya dari mobil itu dan meletakkannya dalam ambulan, tidak ada sedikitpun bekas luka atau memar di tubuhnya!”

Ia memang selalu mengenakan celana panjang di balik hijab yang menutupi tubuhnya, dan berkata: “Jika Allah menakdirkan aku mati, maka tidak ada yang dapat melihat auratku. Jika Allah menakdirkan aku mati, maka tidak ada yang dapat melihat auratku.”

(Syeikh yang bercerita itu menangis, lalu melanjutkan kisahnya):

Ia meninggal persis seperti yang ia idamkan. Ayahnya hampir saja gila mendengar kematiannya. Ketika ia melihatku masuk untuk menyampaikan takziah kepadanya, ia memelukku. Dan di depan banyak orang, ia menangis tersedu-sedu dan berkata:”Inilah anakku yang paling berbakti, wahai Muhammad!”

Selamat untuknya dengan semua Al-Qur’an yang ia baca, keberbaktiannya pada orang tuanya, dakwahnya, puasanya, dan kematian di bulan Ramadhan itu, semoga Allah merahmatinya.

Berbekalah segera, karena tiada yang menemani dalam kubur selain apa yang pernah dikerjakan. Jika engkau sibuk dengan sesuatu, maka janganlah sibuk selain dengan apa yang diridhai Allah,

Karena tiada yang menyertai seorang setelah kematiannya,
Ke alam kuburnya selain apa yang ia amalkan,
Ingatlah seorang itu hanya tamu dalam keluarganya,
Singgah sebentar, lalu setelah itu ia harus pergi.

1 komentar: